Keajaiban Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan
Tuesday, April 10, 2012
Benar kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat. Bagaimana tidak, ternyata ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan belum berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern yang baru-baru ini ditemukan oleh manusia.
Sebagai contoh ayat di bawah:
“Dan apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
[Al Anbiyaa:30]
Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa
langit dan bumi itu awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti
teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit) itu dulunya
satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang ini.
Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa,
termasuk tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga membutuhkan air.
Keberadaan air adalah satu indikasi adanya kehidupan di suatu planet. Tanpa
air, mustahil ada kehidupan. Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di
dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis
edar tertentu.
“Dan Dialah yang telah menciptakan
malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di
dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa
matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
“Dan matahari berjalan di tempat
peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
(Al Qur’an, 36:38)
Langit yang mengembang (Expanding
Universe)
Dalam Al Qur’an, yang diturunkan 14 abad
silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta
digambarkan sebagaimana berikut ini:
“Dan langit itu Kami bangun dengan
kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Al
Qur’an, 51:47)
Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengemban
g. Dan inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.
Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam
semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam
semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup.
Hingga awal abad ke-20, satu-satunya
pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam
semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun,
penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern,
mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia
terus-menerus “mengembang”.
Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia,
Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara
teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan
mengembang.
Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data
pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin
Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi
terus bergerak saling menjauhi.
Gunung yang Bergerak
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu,
kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.”
[QS 27:88]
14 abad lampau seluruh manusia menyangka
gunung itu diam tidak bergerak. Namun dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu
bergerak.
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh
gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di
atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama
kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener
mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal
bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah
ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi
memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun
setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah
tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah
daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan
Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah
menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah
satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia,
Antartika dan India.
Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan
Asia, kecuali India.
Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi
daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul
terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh
beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan
perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah
penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para
ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan
ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan.
Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang
disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi,
membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan
berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut
terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara
perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih
lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn
and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)
Ada hal sangat penting
yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut
tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan
modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung
dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature,
Washington D.C., 1978, s.12-13)
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu
kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh
para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk
mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu
dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al
Qur’an, 15:22)
Ramalan Kemenangan Romawi atas Persia
“Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan
bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan
menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah
(mereka menang).” (Al Qur’an, 30:1-4)
Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun
620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di
tangan bangsa Persia,
ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini
bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah
menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk
mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali.
Tidak hanya bangsa Persia,
tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard
menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang
hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius,
telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan
dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak
melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik
keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang
semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold,
A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997,
s. 287-299.)
Diselamatkannya Jasad Fir’aun
“Maka pada hari ini Kami selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu” [QS 10:92]
Maurice Bucaille
dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II dia
menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya.
Dia baru kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata Ramses II ini
adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh Allah swt ketika sedang mengejar
Nabi Musa as.
Injil & Taurat hanya menyebutkan bahwa
Ramses II tenggelam; tetapi hanya Al-Quran yang kemudian menyatakan bahwa mayatnya
diselamatkan oleh Allah swt, sehingga bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Perhatikan bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000
tahun setelah kejadian tersebut, dan tidak ada cara informasi tersebut
(selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau (karena di Injil &
Taurat pun tidak disebut). Makam Fir’aun, Piramid,
yang tertimbun tanah baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni
tahun 1817.
Namun Al-Quran bisa menyebutkannya karena memang firman Allah swt (bukan buatan
Nabi Muhammad saw).
Segala Sesuatu diciptakan
Berpasang-pasangan
Al Qur’an yang berulang-ulang menyebut adanya
pasangan dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya pasangan dalam rangka
yang lebih umum, dan dengan batas-batas yang tidak ditentukan.
“Maha Suci Tuhan yang telah
menciptakan pasangan-pasangan semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi
dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang mereka tidak ketahui.” [Yaa
Siin 36:36]
Kita dapat mengadakan hipotesa
sebanyak-banyaknya mengenai arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada
zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak mengetahui itu termasuk di
dalamnya susunan atau fungsi yang berpasangan baik dalam benda yang paling
kecil atau benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam benda
hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran yang dijelaskan dalam ayat
itu secara rambang dan untuk mengetahui bahwa kita tidak menemukan pertentangan
dengan Sains masa ini.
Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya
bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari
apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih
luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan
Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara
berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933.
Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan
lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan
dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan
positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah
sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel
dengan muatan yang berlawanan … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada
kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam
vakum di setiap saat, di setiap tempat.”
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak
terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui letupan
bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis
sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin
diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan.
Sumber:
Harun Yaya
Mukjizat Al Qur’an, Prof. Dr. Quraisy Syihab
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
http://harry. sufehmi.com/ archives/
2006-06-15- 1181/